Koperasi Nelayan LEP2M3 Bina Enam Ratus Pedagang Kaki Lima

  • Share

WN—Koperasi Nelayan Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro Mitra Mina(LEP2M3) Pomalaa Kolaka Sultra membina pedagang kaki lima sebanyak 600 orang semuanya ibu-ibu. Pedagang kaki lima ini terdiri dari pedagang sayur keliling memakai lori-lori, pedagang asongan, kios, penjual ikan keliling, dan penjual buah. Hal itu diungkapkan Ketua Koperasi LEP2M3 H. Jumas saat ditemui media ini disalah satu kedai kopi Boboho pada(26/1/2024).

Jumas juga salah satu seorang praktisi hukum menuturkan bahwa Koperasi nelayan LEP2M3 berdiri sejak tahun 2003 mampu bertahan eksis sampai sekarang meskipun ditengah persaingan bermunculnya berbagai usaha sifatnya simpan pinjam.

Dikatakannya dari sekian koperasi nelayan LEP2M3 yang ada di Sultra seperti yang ada di Kendari, Wakatobi, Konawe Selatan, Kolaka dan Pomalaa, yang mampu bertahan sampai sekarang hanya koperasi LEP2M3 Pomalaa. Pada hal kata Jumas saat koperasi nelayan tersebut kini sudah tidak berkoperasi lagi telah memperoleh bantuan mencapai ratusan juta rupiah dari DKP Sultra.

“Jadi satu-satunya koperasi nelayan di Sultra yang mampu bertahan sampai sekarang hanya koperasi LEP2M3 Pomalaa, sementara koperasi lainnya yang ada di Konawe Selatan, Wakatobi, Kendari, dan Kolaka semua sudah tidak ada lagi aktifitasnya atau tinggal nama saja,”tuturnya.

Dikatakannya koperasi nelayan LEP2M3 yang diketuai sejak berdirinya tahun 2003 lalu, sudah memperoleh bantuan dana hibah dari DKP Pemprov Sultra sekira Rp1,6 miliar melalui tiga tahap. Dengan anggaran sebesar ini yang diperuntukkan bagi program Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pesisir(LEMP), untuk pengadaan peralatan bagi setiap nelayan miskin, serta pemberdayaan melalui dana bergulir bagi setiap nelayan miskin dipesisir.

“Jadi sasaran anggaran ini untuk pengadaan peralatan nelayan, modal usaha, dan bantuan pendidikan bagi anak nelayan miskin, pengadaan perahu, mesin, kesehatan, dan pengembangan usaha bagi ibu ibu nelayan,”kata Jumas.

Dan penyaluran dana bergulir dalam bentuk pemberdayaan ini dikhususkan bagi para ibu-ibu. Mengapa semuanya justru diprioritaskan ibu-ibu, karena menurut bahwa berdarkan penelitian Mohamed Yunus berkebangsaan Bangladesh juga pendiri Gramean Bank yang mendapatkan gelar doktor dalam ekonomi dari Universitas Vanderbilt. Dia terinspirasi pada bencana kelaparan Bangladesh tahun 1974 untuk membuat pinjaman kecil kepada sebuah kelompok keluarga agar mereka dapat membuat barang kecil untuk dijual.

“Jadi berdasarkan pengalaman ini mengapa dikhususkan bagi ibu-ibu, karena terbukti managemen atau pengelolaan dalam keuangan usaha pastinya lebih teliti,”kata Jumas kandidat doktor dalam bidang ilmu hukum.

Ditanya terkait kiat dalam mengelolah koperasi nelayan LEP2M3 Pomalaa bisa bertahan sampai sekarang, bahwa dirinya dipercaya oleh anggota dan masyarakat selaku Manager terhadap koperasi nelayan tersebut mengaku menerapkan managemen terbuka dengan setiap pengurus, anggota maupun terhadap masyarakat.

“Kami semua sepakat menerapkan managemen terbuka sama-sama memiliki kesadaran untuk membesarkan koperasi ini tetap eksis, dan insyah Allah pada akhir Januari 2024 akan melakukan RAT,” ujarnya.

Dari segi pengelolaan koperasi ini kata Jumas bersama semua pengurus dan masyarakat, sifatnya pemberdayaan, dengan pola sistim kekeluargaan, humanisme, dan inilah yang membedakan dengan managemen koperasi nelayan lainnya.

“Dengan kekuatan managemen kebersamaan dalam mengelolah koperasi ini, sehingga kami bisa terhindar dari tengkulak. Jadi intinya adalah kami menghindari tengkulak dan itulah yang membuat kami bisa bertahan sampai sekarang,”kata Jumas juga salah seorang pengacara senior di Sultra.

Lanjutnya koperasi nelayan LEP2M3
yang dipimpinnya kini sudah memiliki anggota tetap sebanyak 21 orang, meski demikian kata Jumas sampai sekarang sudah tercatat sedikitnya seribu orang ingin bergabung di koperasi yang ia pimpin. Mengingat begitu banyak masyarakat yang ingin bergabung di koperasi nelayan LEP2M3 Pomalaa tetapi salah satu kendalanya adalah faktor sumber daya manusia dan permodalan.

“Jadi keinginan kami untuk mengembangkan koperasi ini dengan membuka cabang, namun terkendala dengan sumber daya manusia dan permisalan,”kata Jumas juga tokoh masyarakat Bajo.

Meski demikian Jumas berharap kepada DKP Sultra dan Dinas Koperasi selaku pembina koperasi, khususnya dalam pengembangan koperasi nelayan LEP2M3 yang pimpinnya bisa memperoleh bantuan modal usaha yang segar.

“Sehingga apa yang kami programkan bersama pengurus, anggota dan masyarakat dalam mengembangkan koperasi ini bisa berjalan dengan baik,”pungkasnya.(pus)

>
  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *