KOLAKA, WONUANEWS – Sejumlah warga desa Tambea, Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra) menggelar aksi demo terhadap PT. Antam Unit Bisnis Pertambangan Nikel (UBPN) Sultra pada Kamis (12/11/2020) di depan kantor PT Antam Pomalaa.
Selain buntut dari penolakan pertemuan oleh pihak Pihak Antam beberapa hari lalu yang dianggap sebagai pengusiran kepada sejumlah tokoh masyarakat Tambea, dalam aksi demo itu warga juga menuntut pihak perusahaan menjelaskan keberadaan Cekdam di dekat desa mereka yang dianggap membahayakan warga.
“Kami tidak terima pengusiran terhadap tokoh masyarakat, padahal kami diundang untuk pertemuan, memepertanyakan soal cekdam yang ada dekat pemukiman yang mebahayakan warga, namun apa yang terjadi ternyata kami diperlakukan tidak baik, ” papar Rusman, koordinator aksi tersebut dalam orasinya.
Usai menggelar aksi di kantor Antam tersebut, warga kemudian melanjutkan aksinya di Kantor Kecamatan Pomalaa. Dikawal sejumlah aparat kepolisian, mereka kembali menggelar orasi dihalaman kantor tersebut.
“Apalagi ada peringatan dari BMKG bahwa kita sedang menghadapi La Nina, sewaktu waktu Cekdam diatas bisa jebol dan membahayakan warga desa Tambea, bahkan sudah pernah jebol dan longsor, inilah sebenarnya yang kami ingin sampaikan, namun kami diusir,” ungkap Rusman.
Selain itu, warga juga menyayangkan sikap pihak perusahaan yang tidak konsisten memberikan kontribusi kepada desa mereka padahal desa mereka sangat dekat dengan wilayah operasi pertambangan PT Antam.
“Bahwa dikatakan Tambea ini sudah cukup dibantu dalam bentuk fisik, yang mana bantuan perusahaan itu? Apakah Program CSR?, Ini kami ingin tanyakan, ada juga beasiswa yang digelontorkan untuk 10 orang namun 6 diantaranya kini terputus,” terang Rusman
Tak hanya itu, mereka juga meminta PT Antam untuk melakukan pembebasan lahan di dekat desa mereka untuk pemukiman dan kebun penduduk.
Usai berorasi mereka kemudian difasilitasi oleh Kepala kecamatan Pomalaa, Mirdhan Athar untuk bertemu dengan managemen PT Antam di aula kantor tersebut.
Dalam pertemuan itu, pihak managemen Antam mengatakan menyampaikan permohonan maaf atas ketidak nyamanan yang dialamai sejumlah warga desa Tambea saat akan melakukan pertemuan beberapa hari lalu.
“Persoalan kemarin memang ada mis komunikasi, saya atas nama pribadi maupun teman teman di external relation memohon maaf, jadi sebenarnya kita melakukan pengusiran, memang dimasa pandemi perusahaan menerapkan protokol kesehatan, sehingga tidak bisa semua masuk dalam pertemuan,” papar salah satu Management PT Antam UBPN Sultra, Dito Yulianto dalam pertemuan itu.
Dia juga menyatakan akan mengkaji tuntutan warga dan secepatnya menindaklanjuti pertemuan kembali dengan wrga desa Tambea untuk hal tersebut. (raz)