Negara Kita Diperhadapkan Pada Perebutan Kepentingan

  • Share

Oleh Haning Abdullah

Ketua Komisariat Sulawesi Tenggara (Sultra) Lembaga Misi Reclasering Republik Indonesia (LMR-RI)

Bangsa kita saat ini mengalami suatu dilema pada perebutan kepentingan. Baik itu kepentingan golongan, budaya, adat maupun agama. Padahal sebelum Indonesia merdeka saat itu semua kepentingan itu dilebur jadi satu untuk tujuan menjadi satu anak bangsa dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika dibawah burung Garuda artinya gabungan rupa-rupa daerah.

Ini merupakan sebuah renungan dalam mencermati permasalahan bangsa kita saat ini. Lembaga LMR RI memiliki tujuan bagaimana mengembalikan tatanan bangsa ini apa yang sudah diletakkan oleh para founding father dahulu. Telah mencetuskan bahwa meskipun bangsa ini terdiri dari berbagai suku, ras, golongan dan agama dari Sabang sampai Merauke berbeda-beda namun tetap satu dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia(NKRI).

Bangsa Indonesia adalah sebuah negara yang saat ini statusnya adalah bangsa masih berkembang. Meskipun saat ini bangsa Indonesia sudah 75 tahun merdeka dari belenggu penjajah, namun tujuan bangsa ini adalah bagaimana menjadi suatu negara maju, menjadikan rakyatnya sekarang sudah berjumlah sekira 250 juta jiwa menjadi rakyat yang sejahtera, makmur serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pancasila pada sila ke lima.

Dengan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh bangsa ini seolah-olah mengalami suatu kemunduran, karena adanya perebutan kepentingan kelompok, golongan, suku, adat, budaya maupun agama, kadang permasalahan ini tidak pernah tuntas dalam memberikan solusi.

Bangsa kita banyak mengalami polemik dari dulu sampai sekarang tetapi tidak pernah menemui titik terang sampai sekarang, polemik ini tidak perlu kami jabarkan satu persatu, tetapi saya ingin memberikan salah satu contoh yaitu seringnya terjadi gesekan sesama antar umat beragama yang sebenarnya itu tidak perlu terjadi, karena kita ini adalah satu anak bangsa memiliki perbedaan masing-masing.

Perbedaan agama, perbedaan budaya, perbedaan adat dan perbedaan hal lainnya adalah merupakan ciri khas bangsa Indonesia. Tetapi kadangkala perbedaan ini menimbulkan gesekan-gesekan berujung pada munculnya suatu konflik horizontal baik antar suku mau pun antar golongan. Idealisme kebangsaan dan rasa cinta tanah tanah air terkikis erosi kepentingan.

Sehingga perekat suatu bangsa yang sudah diletakkan oleh founding father sejak dulu seolah-olah mulai pupus bagaikan talud yang terkikis oleh abarasi pantai.

Pemerintah kita sekarang harus bekerja keras untuk merawat kembali perekat agar keutuhan anak bangsa ini bisa saling mencintai, saling menghargai, dan saling mengasihi, bilamana bangsa ini mau menjadi suatu bangsa yang besar disegani di dunia internasional.

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang masyarakatnya cukup cerdas, seharusnya kecerdasan ini mampu menyikapi setiap permasalahan yang muncul dapat memicu munculnya perpecahan dengan sesama anak bangsa. Tetapi karena dipicu oleh berbagai kepentingan yang tidak terkendali sehingga menimbulkan gejolak berujung pada pengrusakan sarana umum. Pada hal sarana umum itu dibangun dengan menggunakan uang rakyat.

Ironisnya kadang kala ada pihak-pihak atau golongan tertentu yang menyuarakan untuk kepentingan rakyat, tetapi mereka sendiri yang merusak sarana dan prasana milik rakyat, pada hal sarana dan prasarana itu dibangun dengan menggunakan uang rakyat.

Dalam dunia teknologi saat ini begitu canggih dengan adanya sarana media sosial sebagai bentuk perwujudan dunia maya. Tetapi dengan kecanggihan teknologi ini kadang kala dijadikan sebagai sarana untuk menyebarkan informasi hoax, saling memfitnah, dan saling mandzalimi sesama anak bangsa itu sendiri. Seharusnya dengan kecanggihan dunia teknologi dijaman sekarang, kecerdasan yang dimiliki oleh setiap anak bangsa harus dikelolah dengan baik untuk dijadikan sebagai perekat sesama anak bangsa.

Idealnya kecanggihan dunia teknologi kita berharap agar janganlah dijadikan untuk saling memfitnah, saling menyudutkan, saling menjatuhkan dan saling menzalimi khususnya sesama umat beragama. Seharusnya para pemuka-pemuka agama dalam menyikapi derasnya kecanggihan media sosial ini turut berperan memberikan pencerahan kepada umat agar jangan saling menjatuhkan atau saling menyudutkan dengan memanfaatkan media sosial.

Sejumlah peristiwa yang bermunculan akibat konflik SARA dan agama seperti terjadinya pembakaran rumah-rumah ibadah seharusnya masalah seperti ini bisa diselesaikan dengan baik dan tidak perlu terjadi. Bilamana rasa nasionalisme sesama anak bangsa saling menerima adanya perbedaan, karena sejak bangsa ini ada perbedaan itu juga. Tetapi kecerdasan bangsa ini nampaknya belum mampu mengelola perbedaan itu menjadi suatu perekat bangsa.

Kami lembaga LMR RI dari pusat sampai daerah ingin mengembalikan tatanan bangsa ini, agar setiap perbedaan maupun kepentingan dilebur menjadi suatu perekat kuat dengan sesama anak bangsa, sehingga disegani di dunia internasional.

Dan pada kondisi sekarang, bangsa ini juga diperhadapkan pada masalah musibah kesehatan, dengan adanya pandemi virus Corona, yang mengharuskan kita menjalani kehidupan baru. Setiap melakukan aktiVitas harus memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan. Hal itu ini pun perlu kecerdasan dalam menyikapi permasalahan musibah kesehatan, dengan menjalankan protokol kesehatan, agar penyebaran virus ini bisa cepat terhenti. Semoga saja.

>
  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *