Kisah Pasien Covid-19 Mendapat “Hikmah Hidup” Usai dikarantina

  • Share
Kolaka,Sultra-Juli,16 2020: Saat tim Satgas Penanganan Covid-19 mengevakuasi Ahmad Kasim (Liong) warga Kolaka yang terpapar Covid-19 untuk di karantina (doc:wonuanews)
Kolaka,Sultra-Juli,16 2020: Saat tim Satgas Penanganan Covid-19 mengevakuasi Ahmad Kasim (Liong) warga Kolaka yang terpapar Covid-19 untuk di karantina (doc:wonuanews)

“Alhamdulillah, setelah dikarantina banyak hikmah yang saya dapatkan, kalau tidak dikarantina mungkin saya masih sering keluyuran kiri-kanan dan jauh dari Tuhan,” itulah sepenggal kalimat saat penulis menanyakan hikmah yang didapatkan dari salah seorang mantan pasien Covid-19 di Kolaka yang pernah dikarantina selama sebulan lebih karena divonis terpapar Covid-19.

Mirwanto Muda, Kolaka

Ditemui di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara pada Senin (26/10/2020), Ahmad Kasim, staf sekretariat DPRD Kabupaten Kolaka yang merupakan mantan pasien Covid-19 yang pernah di karantina menceritakan hikmah  hidup yang didapatkan usai dikarantina.

Menjelang siang, Liong panggilan akrab Ahmad Kasim memulai kisahnya saat awal-awal divonis positif Covid-19 hingga harus dikarantina selama sebulan.

Hari Jumat tanggal 16 Juli 2020 lalu menjadi sebuah hari yang sangat bersejarah dalam hidup Liong. PNS yang kesehariannya berdinas di sekretairat DPRD Kabupaten Kolaka itu menandai hari itu adalah hari yang akan selalu dikenang bagi dirinya.

Meski telah empat bulan berlalu, Liong masih mengingat jelas peristiwa yang membuat heboh warga sekitar tempat tinggalnya di Jalan Gajah Kelurahan Lalombaa ketika dirinya sempat menolak untuk dievakuasi ke lokasi karantina pasien Covid-19.

“Masih saya ingat-ingat terus, saya sebenarnya merasa berdosa karena sempat menolak mau di karantina waktu itu, saya sebenarnya mau melarikan diri waktu itu,” paparnya sembari tersenyum mengingat awal peristiwa tersebut.

Kala itu, dirinya divonis menjadi orang ke 5 di wilayah Kabupaten Kolaka yang terpapar virus Corona berdasarkan hasil swab labkes Makassar Sulawesi Selatan.

“Waktu itu masih heboh-hebohnya, karena baru beberapa orang yang dinyatakan terkonfirmasi, dan saya menjadi yang ke lima, jadi saya sebenarnya sangat kaget waktu itu,” jelasnya.

Perasaan kaget dan tak percaya terpapar Covid-19 kala itu membuat Liong nekat untuk menolak ajakan tim Satgas Covid-19 Kabupaten Kolaka untuk mengevakuasinya.

“Waktu itu sekitar hampir jam dua siang saya terbangun habis istrahat siang, saya kaget di luar depan rumah sudah banyak orang berkerumun, saya kaget, katanya saya akan di karantina, kemudian satu jam berikutnya sudah datang tim penjemput lengkap ambulance, lalu saya bilang kepada yang datang menjemput, saya tidak percaya saya terpapar Covid-19, kecuali saya lihat langsung hasilnya,” ungkapnya menceritakan kejadian saat dirinya hendak dievakuasi.

Kedatangan ambulance bersama tim evakuasi satagas Covid-19 yang berpakaian hazmat lengkap membuat semakin banyak warga sekitar berkerumun untuk menyaksikan proses evakuasi tersebut.

“Saya bertahan karena saya merasa tidak ada gejala Covid-19 waktu itu, saya masih terlihat sehat, dan pikiran saya waktu itu kalau dikarantina seperti dipenjara, tidak bisa kemana-mana lagi,” ungkapnya.

Waktu itu lanjut Liong, beberapa warga sekitar sempat membujuknya dengan berbagai kata-kata dari kejauhan agar mau mengikuti protokol evakuasi. Bahkan bujuk rayu dari pemerintah kelurahan, kecamatan, babinsa dan kepolisian setempat tak membuat bergeming kala itu. Tim gugus tugas pun sempat kewalahan saat akan melakukan proses evakuasi kepada warga Kecamatan Kolaka itu.

“Saya tiba-tiba seperti sadar sendiri waktu itu, tiba-tiba merasa kasihan sama keluarga saya dan teman-teman saya yang lain kalau benar saya positif maka mereka akan kena juga, makanya saya kemudian mengatakan sama tim satgas saya mau dievakuasi kalau saya melihat sendiri surat pengumuman dari tim satgas Porvinsi yang menyatakan saya positif,” paparnya.

Setelah tim Gugus Tugas mepmerlihatkan surat pengumuman yang menyatakan dirinya terpapar, akhirnya Liong kemudian mau dievakuasi ke gedung Sentra Industri Kecil Menengah Mekonggta (SIKMM) yang menjadi tepat karantina pasien Covid-19 Kabupaten Kolaka.

Diawal-awal menjalani masa karantina, pria beumur 47 tahun itu masih tak percaya sudah terpapar virus yang telah membuat heboh seisi dunia ini.

“Soalnya saya tidak pernah kemana-mana, hanya kantor, rumah dan kumpul-kumpul sama teman-teman sehabis pulang kantor,  tapi sudahlah kalau hasil swab sudah menyatakan itu saya harus menerimanya,” bebernya.

Setelah melewati hari pertama dimasa karantina, persepsi karantina seperti penjara dan juga ketakutan akan semakin ganasnya virus Covid-19 dalam dirinya pun “luntur”.

“Ternyata enak dikaranatina, kita diberi makan enak, ada vitamin, makan buah, dan semuanya gratis lagi, tidur ditempat ber AC, ada fasilitas wifi gratis, pokonya seperti di hotel, dan pagi-pagi kita dibangunkan untuk olahraga, dicek selalu kondisi fisik dan kesehatan setiap beberapa kali, intinya nyaman sekali” kisahnya.

Dan yang lebih membuatnya bersyukur kata Liong, dikala kesendirian menjalani masa karantina itu, dirinya bisa fokus beribadah dan meminta doa kesembuhan kepada Tuhan.

“Saya syukur dikarantina, jika tak dikarantina mungkin hidupku akan semakin jauh dari Tuhan, saat di karantina saya selalu ingat Tuhan, saya sholat lima waktu, berdoa terus meminta kesembuhan, dan juga saling mengingatkan kepada sesama penghuni karantina, apalagi belum ada obatnya ini Corona, jadi hanya kepada Tuhan kita meminta kesembuhan” kenangnya.

Aktivitasnya yang rutin berolahraga serta rajin beribadah kala dikarantina, kata Liong sulit untuk ditinggalkan hingga sekarang usai menjalani masa karantina.

“Saya tinggalkan semua kebiasaan buruk saya, terlupakan di masa karantina, dan terbawa hingga sekarang, kalau tidak jogging subuh usai sholat seperti hampa rasanya,” paparnya.

Saking merasa nyaman berada dilokasi karantina, Liong merasa satu bulan satu pekan menjalani masa karantina terasa singkat.

“Seperti saya tidak mau kembali ke rumah, satu bulan satu minggu tidak terasa, dan Alhamdulillah di masa karantina saya tidak ada gejala sakit, dan hasil swab terakhir saya kemudian dinyatakan postif, sebenarnya hanya dua minggu masa karantina, hanya waktu itu beberapa teman saya yang juga dikarantina masih menunggu hasil swabnya dari Makassar, katanya harus bersamaaan keluar,” ungkapnya.

Dari pengalamannya sebagai “alumni” lokasi karantina, Liong berpesan agar orang yang dinyatakan terpapar Covid-19 jangan patah semangat apalagi menolak untuk dikarantina.

“Terpapar Covid bukanlah akhir segalanya, kalau sudah dinyatakan positif, ikuti protokol karantina atau isolasi diri, perkuat imun, lawan dengan kesadaran berprilaku sehat, sembari meminta kesembuhan kepada Tuhan, Insya Allah sembuh,” tutupnya mengakhiri pembincaaran dengan penulis.

Dan agar tak terpapar lagi, kata Liong kini dirinya menerapkan protokol kesehatan dan mengikuti himbauan pemerintah untuk memutus mata rantai Covid1-9. (kai)

>
  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *