Air Irigasi Tercemar Akibat Aktivitas Tambang, Petani di Pesouha Teracam Gagal Panen

  • Share
Kondisi Sawah Petani di dekat saluran irigasi yang airnya memerah yang diduga aktivitas tambang nikel di Desa Pesouha.

Kolaka, WN — Kondisi air yang memerah di saluran irigasi persawahan di Desa Pesouha, Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara  mengancam produksi padi petani di desa itu.

Kepala Desa Pesouha Yastin Sutrisno yang ditemui pada (9/11/2022) mengatakan air irigasi yang warnanya merah tersebut bercampur lumpur diduga akibat aktivitas tambang yang marak di hulu kali merah di desanya yang menjadi sumber air jaringan irigasi persawahan.

“Kita lihat sendiri kan warnanya merah karena bercampur lumpur, sumber jaringan irigasi ini berasal dari air dari Kali Merah, diatas kan hulunya, banyak aktivitas tambang di atas,” terangnya. 

Bahkan tidak hanya di desanya, jaringan irigasi tersebut menjadi andalan petani di beberapa desa tetangga lainnya.

“Termasuk di Pelambua sampai di Totobo sana kan aliran sungai kali merah ini yang mengaliri sungai petani-petani,” ungkapnya.

Ditambahkannya sekitar kurang lebih 50 Ha sawah petani di desanya terancam gagal panen karena air irigasi mereka telah tercemar limpasan aktivitas tambang.

“Terutama yang di pinggir-pinggir saluran yang mendapat aliran air pertama, yang membuat merah airnya irigasi ini karena ada lumpurnya, apalagi kalau hujan keras, kita lihat sekali warna merahnya sangat tebal,” jelasnya.

Kata dia, sumber air yang tercemar tersebut membuat padi petani tidak akan tumbuh maksimal. 

“Pasti padi petani tidak maksimal tumbuhnya bahkan akan mati, banyak lumpurnya yang mengandung kandungan logam tambang,” terangnya.

Mirisnya lagi kata dia, selain ancaman lumpur merah tersebut petani juga dihantui ancaman hama tikus.

“Beberapa bulan kemarin gagal panen karena hama tikus, ribuan tikus menyerang sawah petani, itu karena padi petani tidak dapat tumbuh baik dan bersamaan dengan sawah-sawah lainnya, terutama yang dekat-dekat saluran irigasi yang lambat pertumbuhannya karena airnya telah tercemar,” ungkapnya.

Akibat gagal panen tersebut kata Yastin, memang ada perusahaan tambang yang memberikan perhatian kepada petani.

“Memang ada satu perusahaan tambang yang prihatin dengan memberikan berupa dana kepada petani yang gagal panen kemarin,  tapi sampai kapan? satu-satunya solusi kalau menurut saya adalah bagaimana mengantisipasi aliran sungai ini tidak merah lagi,” ujarnya.

Dia menceritakan dulunya petani di desa tidak pernah kuatir akan ancaman gagal panen karena aliran irigasi mereka belum tercemar.

“Dulu-dulu tidak begini, bahkan masih ada aktivitas tambang PT Antam di atas, tapi karena mereka ada cekdamnya, air kali merah tidak sampai merah begini, sawah petani subur-subur saja, nanti maraknya ini belakangan ini,” ungkapnya.

Sehingga dirinya meminta terutama DPRD Kolaka untuk memanggil atau RDP para pemegang IUP yang beraktivitas di Desanya dan memecahkan solusi permasalahan tersebut.

“Saya minta supaya DPRD Kolaka bisa panggil untuk RDP dengan kita, petani setempat bagaimana memecahkan solusi ini, kalau menurut saya solusinya dengan mengeruk kembali cekdam yang ada di atas supaya bisa berfungsi kembali, atau mungkin ada cara lain, sebab kalau tidak ini akan berulang-ulang terus,” jelasnya.

Yastin juga berencana akan menyurat ke DPRD Kolaka terkait persoalan itu, agar petani dan pemilik IUP dapat dipertemukan untuk mencari solusinya.

“Kalau di sini yang ada IUPnya di wilayah kami kan PD Aneka Usaha, PT Vale, PT Antam, tapi yang beraktivitas banyak ini  yang di PD Aneka Usaha, termasuk PT PMS juga karena ada jalur jalannya, nah kalau ini semua dipanggil untuk memikirkan masalah ini saya kira bisa selesai,” terangnya.   

Salah satu petani di desa tersebut juga membenarkan perihal sawahnya yang terancam gagal panen karena air irigasi di sawahnya memerah.

“Kita lihat sendiri pak, di saluran irigasi tersebut airnya merah, padinya kecil-kecil, beda yang jauh disana pak,” Ungkap Gusri salah satu petani. (*) 

>
  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *