Jauh dari keluarga, Reskhy Ramdhany (29) seorang perawat asal Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara mengisahkan suka dan dukanya mengabdi menjadi relawan pasien Covid-19 di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat.
Mirwanto Muda, Kolaka
Reskhy adalah salah satu dari sekian banyak perawat yang menjadi relawan Covid-19 di RSDC. Bersama rekan-rekan seprofesinya, Reskhy sudah bertugas di RSDC sejak tiga bulan lalu. Dirinya tidak menyangka bisa lulus menjadi relawan Covid-19 dan bertugas di ibukota.
“Saya tidak sangka bisa lulus, awalnya saya dapat info dari teman-teman yang memang sebelumnya sudah ada disini, dan Alhamdulillah saya bisa diterima menjadi relawan,” paparnya melalui sambungan telepon dengan wonuanews.com (14/12/2020)
Baginya bertugas menjadi relawan Covid-19 sesuai dengan profesinya adalah pangilan jiwa sekaligus merasa bangga bisa berkontribusi langsung untuk bangsa dan negara dalam melawan Covid-19.
“Awalnya memang berat, karena saya jauh dari keluarga, semua ada di Kolaka, namun saya merasa bangga bisa berkontribusi langsung untuk negara dalam melawan Covid-19,” ungkap putri sulung dari Subur Laopua dan Sri Rahayu Alie itu.
Tiga bulan di RSDC tentu pengalaman suka dan duka menjadi relawan sudah dirasakan warga yang beralamat di Jalan Ahmad Yani Kelurahan Watuliandu Kolaka itu.
“Banyak Suka-dukanya menjadi relawan covid 19 di RSDC wisma atlet Kemayoran Jakarta,” tuturnya.

Menjadi seorang relawan Covid-19 seperti Reskhy yang setiap harinya berdekatan dengan pasien terinfeksi virus Corona memang tak mudah. Terpapar dan menjadi korban keganasan virus yang meresahkan dunia tersebut menjadi resiko yang harus dihadapinya.
“Resiko tinggi terinfeksi covid 19 sudah pasti itu, tetapi dengan mengikuti prosedur dan protokol kesehatan bisa diminimalkan resikonya dan banyak berdoa,” ungkapnya.
Tak jarang pula Reskhy harus berjuang menahan lapar dan haus serta buang air saat mengenakan alat pelindung diri (APD) dalam merawat pasien Covdi-19.
“Penggunaan APD selama 8 jam dan kadang kamipun harus menahan lapar, haus serta buang air,” katanya.
Belum lagi dalam bertugas, beragam sikap dan prilaku pasien yang ditemuinya menguji kesabarannya.
Usai berdinas pun Rseky harus tetap memperhatikan safety prosedur sebelum berkumpul dengan teman-temannya untuk beristrahat.
“Ingat selamatkan nyawa anda sebelum menyelamatkan nyawa orang lain, ingat ada keluarga menunggu dirumah, jadi kata-kata itu yang menjadi pegangan saya untuk tetap terus berjuang selama disini, dan pantang pulang sebelum Corona tumbang,” tegasnya.

Terlepas dari semua itu, bagi Reskhy terjun langsung merawat pasien Covid-19 adalah sebuah rezeki karena mendapatkan pengalaman yang tak bisa dilupakan dalam hidupnya.
“Disini saya banyak mendapat ilmu dan pengalaman baru, selama berada disini juga banyak berjumpa teman-teman dari berbagai seluruh penjuru daerah di Indonesia, dan banyak rekan-rekan relawan yang senasib berjuang melawan Covid-19,” ungkapnya.
Untuk itu Resky meminta doa dan dukungan dari semua orang terutama kaluarganya agar bisa diberikan kesehatan dan kekuatan menjadi relawan di ibukota.
“Doakan kami agar selalu diberikan kesehatan, terutama untuk ayah dan ibu aya di Kolaka, doakan bisa bisa kembali ke Kolaka dalam keadaan sehat wal’afiat,” harapnya.
Dia juga berpesan sepada semua masyakarat agar tetap jaga kesehatan dan selalu patuhi protokol kesehatan di masa pandemi ini.
“Virus Covid 19 itu tidak mengenal tua, muda, anak kecil semua bisa saja kena, jadi patuhilah selalu apa yang sudah pemerintah anjurkan,” tutupnya.
