KOLAKA, WONUANEWS – Pendapatan dari mereka yang berprofesi sebagai penjahit sepatu memang tak menentu setiap harinya, jika lagi apes terkadang hanya mereka mungkin hanya mendapat 10 ribu hingga 20 ribu rupiah, atau bahkan tidak ada sama sekali. Namun demi bertahan hidup dan menafkahi keluarga, profesi tersebutlah yang menurut para penjahit sepatu adalah salah pilihan hidup yang harus dijalani.
Pasar Raya Mekongga Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara menjadi salah satu tempat para penjahit menggantungkan hidupnya. Tempat mereka cukup terbuka dari padangan mata pengunjung pasar. Ada salah satu bangunan tanpa dinding yang menjadi tempat para penjahit sepatu menggeluti profesi mereka.
Ditempat itu, rupiah demi rupiah dikumpulkan dari keterampilan yang mereka miliki dengan bermodalkan benang dan jarum khusus. Lapak-lapak para pengais rejeki dari alas kaki yang rusak tersebut terlihat berjejer laksana para pedagang yang sedang menjajakan dagagannya.
Ditengah asiknya membenamkan jarum jahitnya pada sepatu yang rusak, sesekali dengan sikap ramah dan terlihat santun, para penjahit ini memanggil para pengunjung pasar yang melintas. Berharap ada alas kaki rusak dari pengunjung pasar yang bisa dikerjakan oleh mereka.
“Singgah pak, singgah bu, sini saya jahitkan sepatunya,” sapa mereka sambil tersenyum.
Dengan suasana teduh ditengah hiruk-pikuknya lalu lintas warga yang melintasi sudut pasar, sepertinya mereka terlihat betah menekuni profesi mereka sebagai penjahit sepatu di areal tersebut.
Salah satu penjahit sepatu, sebut saja namanya Adi, mengaku menjalani profesi sebagai penjahit sepatu sudah lama dilakukan.
Keterampilannya memperbaiki segala jenis sepatu dan sendal yang tersebut didapatnya kursus kilat secara langsung dari tetangganya yang juga merupakan penjahit sepatu di Pasar tersebut.
“Awalnya saya belajar-belajar dari teman, tau-taunya keasikan juga, hanya duduk-duduk lalu ada yang datang membawa sendal atau sepatu rusaknya, selesai dijahitkan sudah dapat sepuluh ribu sampai tiga puluh ribu setiap pasangan sepatu atau sendal, lumayan buat berasap,” katanya.
Tentang upah untuk setiap pasang sepatu atau sendal rusak yang dikerjakannya memnag tak ada patokan harga. Para penjahit sepatu biasanya menawarkan harga bervariasi.
“Biasanya sepuluh 15 ribu sampai 20 ribu setiap pasangnya, atau bahkan tiga puluh ribu, tergantung kerusakannya,dan juga bisanya tawar-menawar,” jelas Adi.
Selain tergantung dari tingkat kesulitan dan deal-deal dari pemilik sepatu, terkadang ada juga penjahit sepatu yang menyerahkan harga upah dari keikhlasan para pemilik sepatu. Namun itu berlaku khusus untuk para pelanggan tetap atau orang yang sudah dikenalnya.
“Kalau orang yang sudah kita kenal, biasanya terserah dari mereka saja, ya kalau mereka punya uang banyak, kadang dikasih lebih, kalau tidak ya berapa-berapa saja,” jelasnya sambil asik memainkan jarum dan benang pada salah satu sepatu yang sedang dikerjakannya.
Namun untuk menjahit atau memperbaiki sepatu lars atau sepatu safety biasaya mereka menaruh harga yang tinggi. “Sepatu lars atau safety itu kan kulitnya keras, biasa sampai seratus ribu, karena susah jahitnya itu,” jelasnya.
Selain ongkos jahit, untuk sepatu yang sol atau alasnya hendak diganti baru harus menambah sesuai harga sol yang dutawarkan mereka . “Kalau ganti sol atau alas tergantung bahan yang dipilih, kita juga siapkan itu, tinggal pilih saja mana cocok,” jelas adi.
Di tempat ini, pelanggan juga diberi kebebasan untuk memilih jenis bahan benang jahitan untuk sepatu mereka yang akan dijahit. Ada bahan benang nilon pancing atau benang khusus mengikuti warna sepatu atau sendal. Selain itu para pelanggan juga dapat menunggu jahitannya selesai atau dititipkan dulu.
Biasanya tidak kurang dari 20 menit untuk satu pasang sendal atau sepatu selesai dikerjakan oleh para penjahit sepatu di tempat ini.
Mengeluti profesi menjahit alas kaki rusak, ada suka duka yang mereka lalui. Kata mereka, terkadang ada pelanggan yang datang marah-marah karena jahitan sepatunya belum selesai, atau bahkan ada pelanggan yang sepatunya sudah kelar namuntak kunjung datang mengambilnya.
Profesi penjahit sepatu memang bukanlah cita-cita hidup mereka, namun sepertinya mereka bersyukur dengan pekerjaan tersebut karena dengan profesi itulah mereka mampu bertahan menjalani hidup. (kai)